Author:
akkinda
Genre:
Romance, Friendship, Sad
Rate: NC 7
Leght: Chapter
Cast: Jung Nana
Jung
Chanwoo
And
other cast
Upacara
kematian tuan Jung appa Nana berlangsung syahdu dan sangat memilukan. Semua
orang menangis melepas kepergiannya. Nana menatap wajah orang orang yang berada
di sekelilingnya. Jung Mina eommanya meratapi makam suaminya. Sedangkan
kakaknya Shinwoo menunduk dan meneteskan airmata kesedihan. Nana mengatupkan
jarinya dan berdoa dalam hati, sesekali melirik cemas ke makam Appanya.
“Yeobo-ah,
tunggu aku. Kita akan bertemu lagi di alam sana” lirih Mina
“Eomma, aku
tidak mau kau pergi. Hatiku sudah terasa pilu dengan kepergian Appa” sambung
Nana dengan mata yang berkaca kaca
Ketika satu
per satu dari para pelayat itu mulai bubar, Nana maju dan memegang batu nisan
didepannya dan mengucapkan beberapa kalimat perpisahan untuk Appanya.
-----00-----
Hujan turun
deras di kota Seoul. Nana yang sebelumnya telah membeli beberapa cemilan dari
supermarket didekat rumahnya berlari kecil untuk menghindari tetesan air itu
sampai akhirnya ia sampai di depan rumah, tepatnya di teras depan rumah. Tangannya
mengacak rambutnya sendiri yang sudah sedikit basah, tiba tiba ia mengernyitkan
dahinya. Menatap seorang namja disebrang sana yang sedang berteduh menunggu
hujan reda, namja itu melipat tangannya yang menandakan ia sedang kedinginan.
Nana melihat dengan seksama wajah namja itu sampai ia mengenalinya. Jung
Chanwoo. Teman sekelasnya. Hatinya ingin sekali memberikan sebuah payung dan
jaket kepadannya. Tanpa pikir panjang lagi ia masuk ke dalam rumah mencari cari
sebuah payung dan jaket lalu kembali keluar untuk memberikannya kepada Chanwoo.
“Nana-ah” panggil
Chanwoo saat melihat Nana berjalan mendekatinya
Nana menundukan
wajahnya, ia tahu diri, siapa dirinya dan siapa Chanwoo. Ia adalah anak orang
terpandang di Seoul dan salah satu namja yang paling disukai oleh yeoja di
sekolahnya. Nana tidak berani menatap sorotan mata Chanwoo yang bisa membuatnya
gila.
“Aku hanya ingin
memberikan ini untukmu” Nana masih menunduk dan mengulurkan tangannya
memberikan sebuah payung dan jaket kepada Chanwoo
“Gomawo” “Aku
akan mengembalikannya lain kali”
Tidak ada
balasan dari Nana. Setelah memberikan sebuah payung dan jaket itu ia bergegas
kembali ke rumahnya. Tapi baru beberapa langkah Nana berjalan Chanwoo menarik
tangannya.
“Gomawo” ucap
Chanwoo lagi
“Cheonma. Lepaskan
tanganku, aku hanya ingin memberikan itu untukmu, tidak tebih. Aku takut kalau Appamu
melihatku”
“Appaku tidak
disini” kata Chanwoo tapi terlambat Nana sudah meninggalkannya
Sebuah mobil
ferari hitam behentu tepat di depan gerbang Seoul Of Perfoming Art High School.
Paman Johyuk seorang penjaga sekolah itu sesaat bangkit dari tempat jaganya
untuk melihat ke arah gerbang dan mendapati mobil hitam itu. Johyuk tahu siapa
yang berada didalamnya. Tentu saja Jung Chanwoo. Siapa lagi yang biasa diantar
dengan mobil semewah itu oleh Appanya yang merupakan pengusaha kaya di seluruh
Korea Selatan ini. Kaca mobil itu terbuka. Paman Johyuk segera tersenyum
menyapa Appa Chanwoo yang sedang menatapnya.
Tas ransel
hitam melekat di bahu Chanwoo. Ia berjalan dengan santai melewati gerbang. Jung
Nana yang berada diluar gerbang diam mematung dan melihat Chanwoo dari
kejauhan. Ia tahu kalau ada Appanya disini dan tidak ada seorangpun yeoja yang
berani mendekati Chanwoo kecuali yeoja itu seorang anak pengusaha besar.
Semua murid
di Seoul Of Perfoming Art High School segera berbaris rapi di halaman sekolah
setelah mendengar ada pengumuman jika pagi ini akan dipilih The Prince dan The
Princes sebuah ajang yang dibuat oleh para murid yang merupakan pemilihan siswa
paling berpengaruh di satu sekolah. Guru Yoonhe membacakan beberapa nama yang
sudah ia pilih dan dalam salah satu nama itu ada Jung Chanwoo. Para gadis mulai
bergerumuh menggosipi calon The Prince dan The Princes sampai akhirnya Yoonhe
seongsaenim menyebutkan jika The Prince kali ini adalah Jung Chanwoo sedangkan
The Princes yaitu Shin Raena yang juga merupakan puteri dari seorang pengusaha.
Beberapa siswa bertepuk tangan tapi ada juga yang kecewa dengan hal ini.
“Chukae
Chanwoo-ah” Donghyuk yang merupakan sahabat Chanwoo memberinya selamat
“Kau terpilih
untuk yang kedua kalinya” sambung Junhoe
“Aigo apakah
kali ini Chanwoo akan mencium Raena?” seorang yeoja berguman
“Yak! Tunggu
apa lagi? Cium dia sekarang” Junhoe menepuk punggung Chanwoo
Shin Raena
hanya tersenyum genit menunggu Chanwoo menciumnya. Sedangkan semua siswa
histeris dengan moment ini karena Chanwoo adalah namja yang banyak disukai para
gadis. Chanwoo berjalan mendekati Raena dan segera menciumnya dengan perasaan
biasa saja. Bahkan Chanwoo enggan untuk mencium yeoja yang tidak ia cintai.
Raena menutup matanya menikmati sensasi lembut di bibirnya, Chanwoo kemudian
menghentikannya setelah melihat Nana tak jauh darinya membuang muka dam pergi.
“Dia kenapa?”
batinnya. Chanwoo melangkahkan kakinya untuk menghampiri Nana tapi ia segera
dikerumuni para yeoja yang akan memberinya selamat.
"Yaaa.....lepaskan
aku, apo .Kumohon" ucap Nana seraya menahan ngilu pada pundaknya.Tetapi Kim
Jiwon atau kerap dipanggil Bobby itu tak memperdulikannya.
"YAK!!
BABOYA!" pekik Nana memukul punggung Bobby membuat lelaki itu mendadak
menghentikan aksinya menggenggam pundak Nana. Nana menatap Bobby penuh
amarah,terlebih lagi
keluarga Bobbylah yang menyebabkan ayahnya meninggal.
"Kau
tidak dengar aku berbicara?! Sudah kubilang pundaku sakit kenapa kau tidak
mendengarkanku!! Apa kau juga belum puas telah membunuh ayahku”
Karena bosan
mendengar ocehan Nana ,langsung saja Bobby menggendong Nana ala bridal
style menuju kelasnya yang masih sepi karena para murid masih berada di halaman
sekolah.
"Yak?!
Apa yang kau lakukan?!"
"Jangan
banyak bertanya dan diamlah" Bobby mendudukan Nana di meja dan segera menutup
rapat pintu, tapi ia tidak menguncinya
“Apa yang
mereka lakukan?” Chanwoo berguman saat melihat Bobby dan Nana masuk ke dalam
ruang kelas itu dan menutupnya. Ia berjalan dengan sangat hati hati dan lalu
menempelkan telinganya ke pintu. Ya, dia mengupingnya
“Aku akan
terus menyiksamu sampai kau mau menyerahkan tubuhmu padaku!”
Plakk. Sebuah
tamparan yang cukup keras mendarat di pipi kanan Bobby.
“Ah kau ini”
Bobby mengusap pipinya yang terlihat memerah karena tamparan itu.
Suara murid
yang mendekati ruang kelas menghentikan aktivitas Chanwoo yang sedang menguping
dan Nana segera turun dari meja dan bersikap seolah olah tidak terjadi masalah.
Nana menarik sebuah kursi yang berada di dekat jendela yang merupakan bangkunya dan segera mendudukinya.
“Nana-ah
kenapa kau kembali sebelum acara selesai?” cloteh Seulgi teman sebangku Nana
yang langsung duduk disamping Nana
“Ahh.. aku
hanya sedikit lelah” “Bangunkan aku jika seongsaenim sudah masuk” ucapnya yang
langsung melipat tangannya diatas meja dan menenggelamkan wajahnya disana.
Chanwoo menarik nafasnya sejenak dan berbalik badan. Matanya membulat saat melihaada namja disampinnya. Chanwoo mendongakan kepalanya untuk melihat wajah namja di hadapanya.sampingnya wajahnya langsung terasa
gugup karena rencananya diketahui orang lain dan rasa salah tingkah mulai mendominasi Chanwoo
"Apa yang kau lakukan di depan loker..” Donghyuk melirik ke nama yang berada di loker itu
"Apa yang kau lakukan di depan loker..” Donghyuk melirik ke nama yang berada di loker itu
“Apa yang kau lakukan
di depan loker milik Jung Nana?? Dan bingkisan apa ini?” tanya Donghyuk. Chanwoo menelan ludahnya sesaat dan berpikir keras untuk
mencari alasan.
“A.. aku hanya ingin memberikan sedikit hadiah untuk yeoja
pemilik loker ini, dia telah meminjamiku payung waktu lalu tapi aku belum
mengembalikannya” Chanwoo berdecak lalu menghela nafas.
“Benarkah?” Donghyuk
mengernyitkan alisnya dan hendak membuka bingkisan yang Chanwoo bawa
“Apa isinya?’’ sambung
Donghyuk
“Ini bukan apa apa”
Chanwoo menepis tangan Donghyuk dan menaruh bingkisan itu didalam loker Nana.
“Ah aku lapar. Donghyuk-ah
temani aku ke kantin” Chanwoo merangkul Donghyuk dan berjalan menuju kantin.
Bobby yang awalnya akan ke ruangan Lab komputer berhenti dan sedari tadi
melihat Chanwoo dan Donghyuk berada di depan loker Nana segera memeriksa
lokernya. Melihat ada sebuah bingkisan terbungkus rapi Bobby langsung
membukannya dan menemukan sebuah cokelat dan beberapa tulisan.
Terimakasih untuk jaket
dan payungnya. Aku akan segera mengembalikannya. Aku ingin kau pulang bersamaku
Setelah membaca
kalimat itu Bobby langsung mengambil cokelatnya dan menghapus beberapa kalimat
yang menjadi
Aku ingin kau pulang
bersamaku. Bobby
Tak lama setelah itu
Nana berjalan melewati beberapa anak tangga di koridor sekolah. Kaki jenjangnya
berjalan menuju arah lokernya. Dan benar saja, sekarang ia berdiri tepat di
depan loker miliknya. Krekk! Tangannya membuka loker itu. Matanya membulat setelah
menemukan sebuah bingkisan didalamnya.
“Apa ini?” Jari
telunjuk Nana langsung menunjuk ke sebuah bingkisan yang ada dalam loker miliknya
lalu membukanya. Dan menemukan sebuah surat yang berisi
Aku ingin kau pulang
bersamaku. Bobby
“Namja gila!!” batinnya
kemudian meremas kertas itu lalu melemparnya sampai masuk ke sebuah tempat
sampah. Nana menutup lokernya dan kembali ke kelas.
Bel tanda pulang
sekolah berbunyi. Nana segera membereskan bukunya. Ingatanya langsung tertuju
pada sebuah surat yang ia temukan di lokernya.
“Bobby pasti akan
mencariku” batinya
Dengan cepat Nana
segera keluar dari kelasnya. Ia pulang dengan sembunyi sembunyi agar tidak bertemu
dengan Bobby.
“Haii!!” Bobby menepuk
punggung Nana dari belakang sontak Nana kaget dan membalikan badanya
“Yak! Pabbo” ucapnya
“Aigo kenapa aku harus
bertemu namja gila ini” batin Nana
Sementara disebrang
jalan terluhat Chanwoo sedang berdiri mematung. Ia terus memperhatikan Nana dan
Bobby. Berpikir kalau rencananya akan pulang dengan Nana sudah hancur, lagipula
Chanwoo juga tidak melihat Nana memakan cokelat yang ia berikan.
“Apa dia membenciku?”
Chanwoo menepuk nepuk dadanya dengan tanganya
‘Hening’
Selama perjalanan
tidak ada yang memulai pembicaraan antara Nana dan Bobby. Rasa gelisah muncul
dalam benak Nana, ia mulai berpikir mencari alasan agar Bobby tidak
mengikutinya lagi. Nana mempercepat langkah kakinya menuju sebuah halte bus yang tak
jauh darinya.
“Kenapa
kau berhenti disini?” cletuk Bobby
“Kau,,
Kau pulanglah. Aku akan ke makam ayahku. Ke makam orang yang telah kau bunuh”
ucap Nana dengan nada dan tatapan yang cukup sinis
“Ah
baiklah, aku juga tidak mau pergi ke makam orang yang telah kubunuh sendiri
bisa bisa arwahnya mengikutiku” Bobby begidik ngeri
“Dasar
penakut. Geumanhae, aku tidak mau melihat wajahmu lagi” usir Nana
Sebuah
mobil ferari hitam melintas melewati halte tempat Nana menunggu bus. Ya! Mobil
itu tak lain adalah milik Presdir Jung Appa Chanwoo yang didalamnya terdapat
Chanwoo dan Appanya. Mata Chanwoo terus menatap tajam ke tepi jalan. Sebuah
senyuman simpul ia perlihatkan setelah melihat Nana berada di halte.
“Kenapa
dia disana?” batinya. Chanwoo terus melihat Nana dari dalam mobil sampai
Appanya merasakan keanehan dan mencurigai Chanwoo
“Siapa
yang kau lihat Chanwoo-ah” Presdir Jung
menatap Chanwoo dari kaca mobil
“Ahh
tidak. A-aku tidak melihat siapa siapa” ucap Chanwoo dengan gugup
-------------00-----------
Jung Nana mulai
menggoreskan lap pel yang ia genggam ke lantai. Pengunjung di cafe ini lumayan
banyak sore ini dan itu membuat Nana sedikit menguras tenaganya. Keringat sudah
mulai menetes dari pelipisnya dan segera ia hapus dengan tanganya yang putih. Pekerja
paruh waktu. Ya! Itulah Nana sekarang, ia tidak rela jika eommanya harus
membiayainya sekolah sampai lulus. Belum lagi kakaknya yang membutuhkan banyak
biaya untuk kuliahnya.
“Nana-ah tempat ini
akan disewa untuk acara keluarga sekitar 10 menit lagi. Kau harus benar benar
membersihkanya” ucap Park Sam yang merupakan pemilik cafe ini sekaligus bos
Nana
“Ne”
Cklek’ sebuah suara
pintu kaca terbuka menghentikan aktivitas Nana mengepel lantai cafe itu, ia
segera menoleh ke sumber suara dan melihat sosok lelaki paruh baya dan seorang
namja. Namja itu adalah Jung Chanwoo bersama Appanya. Nana membelakak. Jadi
yang menyewa cafe ini adalah keluarga Chanwoo
TBC~~
DON’T SILENT RIDERS,,
Wajib komen walaupun hanya: bagus, next. Itupun bisa bikin author semangat
nulis FF lagi.. komen jusseo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar